Setelah
saya “jalan-jalan” di dunianya Mbah Google dengan mengetikan kata kunci PR buat
siswa, saya menemukan artikel yang pro dan kontra tentang perlunya PR (pekerjaan
rumah) buat siswa. Ada artikel yang menyatakan bahwa siswa itu tidak perlu
diberikan PR dengan alasan kalau anak diberikan PR, maka anak tidak dapat
bermain dan bersosialisasi dengan tetangga. Itu artikel yang kontra, sedangkan artikel
yang pro memberikan alasan guru perlu memberikan PR agar bisa mengetahui sejauh
mana siswa mampu memahami apa yang telah dijelaskan di kelas. Bagaimana dengan
Anda? Setujukah anak diberikan PR?
Saya
lebih setuju dengan artikel yang pro, di mana seorang guru perlu memberikan PR
untuk siswanya, alasannya karena dengan memberikan siswa PR maka siswa akan
rajin belajar di rumah dan mengurangi dampak negatif dari lingkungan siswa.
Ini
penggalaman saya saat membimbing seorang siswa yang bernama Bagonk (nama
samaran). Sang ibu (ibunya Bagonk) mengeluh karena anaknya tidak pernah belajar.
Bagonk tidak belajar dengan alasan karena tidak ada PR dari gurunya. Jadi dengan
diberikannya PR secara otomatis siswa akan belajar di rumah dan tidak keluyuran
di jalan-jalan.
Selain
alasan tersebut, ada juga alasan-alasan yang lain perlunya seorang guru
memberikan PR kepada anak didiknya. Alasan seorang pendidik (guru) memberikan
PR buat anak didiknya adalah sebagai berikut.
1. PR diberikan untuk mengenalkan siswa terhadap
topik atau latar belakang tema yang akan dipelajari, sehingga anak akan lebih
siap untuk mempelajari materi secara lebih mendalam.
2. PR dapat untuk menakar tingkat pemahaman anak terhadap
materi yang telah diajarkan.
3. PR diberikan agar anak praktek lebih banyak.
Anak diberi latihan-latihan soal untuk dikerjakan di rumah. PR untuk
memperbanyak praktek diyakini banyak guru sebagai cara yang ampuh agar anak
benar-benar menguasai pelajaran. Asumsi dasarnya adalah, makin sering praktek
makin makin hebat penguasaan anak terhadap pelajaran tersebut.
PR
juga ampuh untuk mengurangi dampak negatif dari lingkungan siswa. Asumsinya adalah
dengan memberikan PR siswa akan sibuk dengan PRnya di rumah dan siswa tidak
sempat keluyuran di jalan raya (kebut-kebutan), tawuran antar pelajar dan lain
sebagainya yang merugikan siswa itu sendiri.
Untuk
masalah sosialisasi dengan lingkungannya atau bermain dengan teman-temannya,
orang tua tidak perlu khawatir dengan hal itu. Sepulang dari sekolah suruh
anaknya untuk mengerjakan PR terlebih dahulu (kurang lebih 2 jam), setelah PR
selesai maka baru berikan anaknya untuk bersosialisasi atau bermain. Malamnya suruh
anaknya untuk melanjutkan membuat PR yang belum selesai. Dengan itu anak tidak
sempat melakukan hal-hal negatif.
Dalam
mengerjakan PR siswa juga bisa bersosialisasi, yakni dengan cara mengerjakan PR
secara berkelompok dengan temannya. Siswa juga bisa saling berkerja sama dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya. Orang tua juga harus ikut mendampingi anaknya
dalam mengerjakan PR tersebut tapi tidak ikut membuatkan PR anaknya. Berikan motivasi
dan bimbinglah anak agar bisa menyelesaikan PR tersebut. Pendidik juga jangan
terlalu memberatkan siswa dengan memberikan PR terlalu banyak, sehingga
mengurangi jatah bermain dan sosialisasi anak dengan lingkungannya.
Demikianlah
artikel ini saya buat, semoga artikel ini membantu anda sebagai pendidik dalam
memberikan PR kepada siswanya.
aku tak perlu memberi alasan kenapa aku harus setuju agar anak diberi pr,..pokoknya emang harus hehehehe
ReplyDeleteBearti anda pro PR,, hehehe,, ya emang harus,,
ReplyDeletepr memang diperlukan. tapi jika pr tsb memberatkan sang anak, lebih baik jangan. saya sarankan untuk memberi pr yg tidak terlalu sulit agar anak tidak merasa terbebani. apalagi pada masa anak-anak, mereka sangat enerjik dan suka bermain.bayangkan saja jika keinginan anak bermain/bersantai terhalangi hanya karena pr yg sulit atau banyak. itulah mengapa kebanyakan anak tidak suka diberi pr
ReplyDeleteTp PR kan bertujuan untuk memperdalam suatu materi di sekolah. Lebih baik anak dapat membagi waktunya untuk bermain dan belajar bukan?
ReplyDelete